Perkembangaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence atau akal imitasi (AI) di Indonesia semakin pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengguna internet dan tumbuhnya startup yang memanfaatkan teknologi tersebut.
Berbagai sektor seperti bisnis, pendidikan, dan transportasi mulai menerapkan AI dalam operasional mereka. AI diprediksi semakin digemari karena kian canggih, otonom, dan membantu mempermudah berbagai aspek kehidupan.
Teknologi ini bahkan dinilai mampu menangani tantangan global, seperti krisis iklim dan keterbatasan akses kesehatan. Para ahli memprediksi, model AI ke depan akan memiliki kemampuan penalaran yang menyerupai cara berpikir manusia.
Namun, perkembangan AI juga memunculkan tantangan baru, seperti meningkatnya ancaman serangan siber. Karena itu, pengembangan sistem keamanan berbasis AI menjadi salah satu prioritas utama.
Di tengah meluasnya adopsi AI, perhatian terhadap aspek etika dan keamanan menjadi sangat penting. Teknologi ini harus bisa dijelaskan dan transparan agar pengguna memahami bagaimana keputusan diambil oleh AI.
Langkah tersebut penting untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan penggunaan AI secara bertanggung jawab. Berdasarkan laporan The Brookings Institution, 66 persen perusahaan menghadapi tantangan etika, termasuk bias algoritma.
Masalah seperti ini memerlukan solusi berbasis kerangka kerja etika yang kuat dan konsisten. Di samping itu, regulasi pemerintah serta kolaborasi internasional menjadi kunci dalam menciptakan standar AI yang aman dan inklusif.