Bengkulu Selatan – Untuk memastikan pernyataan pihak SMK IT Al Malik yang mengklaim siswanya berjumlah ratusan orang, sesuai data penerima dana BOS. Selasa (12/7) Kajari Bengkulu Selatan, Hendri Hanafi, MH bersama Kasi Pidsus, R Asido Putra Nainggolan, SH mendatangi gedung sekolah yang berada di belakang kantor Bawaslu Bengkulu Selatan di Jalan Datuk Nazir Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kota Manna.
Kajari datang pukul 11.53 WIB, tentu belum jam pulang sekolah. Namun situasi lingkungan sekolah tersebut sepi, tidak seperti sekolah pada umumnya. Kedatangan Kajari dan Kasi Pidsus beserta staf hanya disambut Kepala Sekolah dan beberapa dewan guru. Padahal kalau merujuk data penerima dana BOS yang diklaim pihak sekolah, jumlah siswa mencapai ratusan orang.
“Tujuan kami datang ke SMK IT Al Malik adalah untuk mengecek situasi lingkungan sekolah tersebut. Soalnya ini kan sudah memasuki tahun ajaran baru, mungkin seluruh siswanya masuk semua. Tapi saat kami datang, siswa masih terlihat sepi, tidak seperti data penerima dana BOS yang ratusan orang itu,” kata Kajari.
Dari hasil pengecekan tersebut semakin menguatkan dugaan jaksa terkait data siswa fiktif di sekolah tersebut. Hal itu tentu menjadi bahan penyidik dalam memproses dugaan korupsi dana BOS dan dana hibah. Apalagi sebelumnya penyidik telah mendapat keterangan dari pihak yang namanya yang diduga dicatut pihak sekolah sebagai siswa.
“Keterangan saksi-saksi, alat bukti, dan juga temuan di lapangan tentu akan menjadi bahan kami dalam proses penyidikan dugaan korupsi dana BOS dan dana hibah di sekolah tersebut,” tegas Kajari.
Untuk diketahui, awal bulan Juni lalu penyidik jaksa menggeledah SMK IT AL-Malik. Pada pengeledahan tersebut, penyidik menyita sejumlah dokumen yang berkaitan dengan dugaan korupsi dana hibah dan dana BOS tahun anggaran 2021-2022 senilai lebih kurang Rp 500 juta.
Dalam kasus ini, jaksa memprediksi kerugian negara mencapai Rp200 juta. Modus korupsi yang dilakukan adalah pihak sekolah membuat data fiktif siswa. Sebab data siswa yang dilaporkan di dapodik penerima BOS diduga tidak sesuai dengan realita. Dapodiknya berjumlah ratusan, sementara siswa yang ada di sekolah tersebut hanya belasan orang.