Manusia ‘Ijuk’ Hanya ada di Kabupaten Kaur

Sosok sengkure manusia ijuK. (foto: noerwahid)

Kalau anda melintas di Kecamatan Maje dan Nasal Kabupaten Kaur pada momentum lebaran Idul Fitri, anda akan melihat kerumunan orang yang menggunakan kostum Ijuk dan tikar Pandan, dengan iringan suara tetabuhan.

Itu adalah tradisi Sengku’e (Sengkure/sengkuro) manusia ijuk dari Kabupaten Kaur. Tradisi ini dilakukan setiap perayaan hari raya idul Fitri.

Sengkure ini sudah bertahun-tahun adanya sejak nenek moyang dahulu yang dipentaskan pada perayaan Idul Fitri dengan berkeliling kampung.

Menurut para sesepuh dahulu, Sengkure ini diciptakan untuk mencari hiburan mengingat suasana kampung saat itu sunyi. Dengan berkostum aneh ini bisa menarik perhatian masyarakat sehingga suasana menjadi ramai.

Tradisi yang sudah turun temurun ini, sekarang selalu dinanti oleh masyarakat saat datangnya Idul Fitri. Puluhan pemuda dengan semangatnya membungkus badan mereka dengan balutan Ijuk dan tikar pandan yang memang sudah di design sebelumnya dengan berbagai bentuk.

Iringan tetabuhan bahkan musik dangdut pun kerap mengiringi langkah-langkah Sengkure ini saat berkeliling kampung. Iring-iringan Sengkure inilah yang menjadi tontonan masyarakat, sambil mengabadikan momennya dengan berswa fhoto, dan tak jarang juga ada yang memberikan lembaran uang kertas kepada sengkure-sengkure yang sedang menghibur tersebut.

Kepala Desa Tanjung Betuah Syahrizal Pahlepi mengatakan, tradisi ini setiap tahun saat lebaran tidak pernah absen dilakukan, karena ini merupakan tradisi turun temurun yang harus dilestarikan, untuk itu berbagai upaya sudah dipersiapkan untuk pelaksanaan ini.

Di Kabupaten Kaur sebenarnya ada beberapa daerah yang mempunyai tradisi ini, namun yang masih aktif menyelenggarakannya sampai saat ini hanya ada beberapa desa yang ada di Kecamatan Maje dan Nasal, yakni Desa Tanjung Agung, Tanjung Betuah, Gedung Menung dan Ulak Pandan. (nwd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *