Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berperan aktif dalam pengembangan teknologi food computing. Food computing atau komputasi pangan adalah pendekatan komputasional untuk memperoleh dan menganalisis data pangan dari berbagai sumber.
Terkait hal itu Peneliti Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) BRIN, Kokoy Siti Komariah, memperkenalkan terobosan terbaru dalam pengembangan kecerdasan buatan di Indonesia. Ini dilakukan lewat penerapan Semi-Supervised Multi-Model Prediction Technique (SMPT) untuk Named Entity Recognition (NER) yang berfokus pada domain resep makanan, dengan tujuan melestarikan warisan kuliner Nusantara.
“Indonesia dengan lebih dari 17 ribu pulau dan 1.340 suku bangsa memiliki warisan kuliner yang sangat beragam dan kompleks. Setiap daerah memiliki resep unik dengan bahan dan teknik memasak tradisional yang kaya akan kearifan lokal,” kata Kokoy, dalam webinar bertema “Towards an Indonesian Large Language Model with Enhanced Cultural Context Comprehension”, Rabu (16/10/2024).
SMPT memiliki kemampuan untuk melakukan analisis mendalam terhadap resep-resep tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Teknologi ini tidak hanya mengenali bahan-bahan dan teknik memasak, tetapi juga mampu beradaptasi dengan bahasa daerah yang digunakan di seluruh nusantara.
“Adaptasi SMPT ke konteks lokal Indonesia memungkinkan sistem AI mengenali bahan dan teknik memasak dalam berbagai bahasa daerah. Kemudian juga mendukung analisis nutrisi yang lebih akurat dan relevan secara budaya,” Kokoy menjelaskan.
Lebih jauh, Kokoy memaparkan penerapan SMPT membuka peluang besar dalam industri kuliner Indonesia. Dengan AI yang mampu menganalisis dan mengolah data kuliner, inovasi berbasis kearifan lokal dapat didorong makin maju.
“Teknologi ini juga berperan dalam mendukung standarisasi makanan tradisional. Karena kita tahu seringkali sulit mendokumentasikannya secara konsisten,” ujar Kokoy.
Penerapan SMPT tidak hanya berdampak terhadap sektor teknologi dan inovasi kuliner, tetapi juga meningkatkan industri pariwisata gastronomi. Wisatawan akan lebih mudah mengakses informasi mengenai makanan tradisional, bahan-bahannya, serta sejarah dan budaya di balik setiap hidangan.
“Dengan SMPT, kita tidak hanya melestarikan resep tradisional, tetapi juga memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia kepada dunia. Ini adalah langkah penting dalam memperkuat identitas nasional dan membuka peluang baru bagi industri makanan berbasis budaya lokal,” ujar Kokoy.
Dalam era digitalisasi yang terus berkembang, penerapan SMPT memberikan harapan baru bagi kuliner Indonesia. Ini sekaligus mendorong inovasi masa depan yang berkelanjutan. (er)