Guru Besar Pencak Silat Rejang Pat Petulai Tegaskan Pentingnya Pelestarian Budaya Leluhur

Guru besar sekalian ketua Umum Pencak Silat Rejang Pat Petulai Rejang Lebong, Aminudin Sammad (poto; joko/nuansabengkulu.com)

Rejang Lebong – Guru besar sekaligus ketua Umum Pencak Silat Rejang Pat Petulai Rejang Lebong, Aminudin Sammad menyuarakan keprihatinannya terhadap anggapan negatif sebagian masyarakat yang menilai budaya leluhur sebagai sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama.

Menurutnya, pandangan bahwa tradisi nenek moyang dianggap mengandung unsur syirik dan musyrik.” Mengapa orang banyak menilai budaya leluhur itu syirik dan musyrik? Kalau diteruskan tradisi budaya leluhur akan masuk neraka? Memangnya nenek kamu yang punya surga dan neraka?” ujar beliau dengan nada kritis.

Ia menekankan bahwa budaya sudah ada jauh sebelum kehadiran agama. Justru melalui budaya lah manusia diajarkan sopan santun dan tata krama dalam kehidupan bermasyarakat. “Apakah kalian tahu, nenek moyang kalian terdahulu apakah semuanya beragama?” tambahnya, mempertanyakan kesadaran generasi masa kini terhadap akar sejarahnya.

Guru pencak silat yang biasa di kenal dengan panggilan Amin Gondrong ini mengaku dia seorang Muslim dan asli suku Rejang ini dirinya tetap taat pada aturan agama tanpa meninggalkan tradisi budaya yang ia yakini menjadi jati diri sukunya. Ia juga menyoroti bagaimana simbol-simbol budaya seperti ” benang tiga warna”dihargai lebih tinggi oleh masyarakat asli, dibandingkan benda-benda modern yang belum tentu memiliki nilai spiritual atau kultural yang sama.

“Seorang anak bayi yang lahir di ladang atau di pinggir pedesaan terpencil sangat menghargai benang tiga warna, daripada kapsul berisikan rempah-rempah yang diolah dari negeri seberang,” ucapnya.

Kita berpikir lebih terbuka dan positif dalam menilai warisan budaya. Ia mengajak semua kalangan untuk tidak gegabah dalam menghakimi tradisi leluhur, tetapi memahaminya dalam konteks sejarah, nilai, dan fungsi sosial yang telah berlangsung selama berabad-abad.

“Salam kajian untuk berpikir positif,” pungkasnya. (Jk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *