Rupiah Dibuka Melemah Terhadap Dolar AS

Lembaran uang rupiah bergambar pahlawan nasional (Foto: Dokumentasi Bank Indonesia)

Nilai tukar rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Selasa (2/9/2025) pagi. Menurut Bloomberg, rupiah terkoreksi 0,02 persen menjadi Rp16.422 per dolar AS.

Pada Senin (1/9/2025), rupiah ditutup naik 0,49 persen atau 81 poin menjadi Rp16.418 per dolar AS. “Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi melemah terbatas terhadap dolar AS,” kata analis pasar uang, Lukman Leong.

Menurut Lukman, rupiah masih tertekan sentimen risk-off kondisi domestik imbas aksi penyampaian aspirasi. “Pelaku pasar masih bersikap untuk menghindari risiko,” ujarnya.

Sementara itu, dolar AS masih tertekan oleh prospek pemotongan suku bunga The Fed. “Sehingga pelaku pasar cenderung ‘wait and see’, menantikan data-data ekonomi penting AS pekan ini,” ujarnya.

Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp16.350-16.500 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar AS berada pada posisi 97,82, menguat dibandingkan sebelumnya yaitu 97,54.

Ekspektasi pasar masih kuat terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini sebesar 25 basis poin (BPS). Bank sentral AS itu akan menggelar rapat Dewan Gubernur (FOMC) pada 17 September 2025.

“Berdasarkan perhitungan CME FedWatch, probabilitas penurunan suku bunga The Fed sekitar 89,7 persen,” kata Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto. Menurut dia, hal ini berpengaruh kepada imbal hasil obligasi Pemerintah AS.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sampai Senin (1/9/2025) sedikit meningkat menjadi 4,23 persen. Ini disebabkan kenaikan data inflasi inti (belanja konsumsi pribadi) di AS menjadi 2,9 persen secara tahunan (yoy).

Di dalam negeri, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mengalami kenaikan 5,2 bps menjadi 6,41 persen. “Hal ini dipengaruhi kecenderungan memburuknya persepsi risiko investor asing terhadap Indonesia,” ucap Rully.

Hal itu tecermin dari kenaikan Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor lima tahun menjadi 72,2. Kenaikan dipicu ketidakstabilan politik menyusul aksi penyampaian aspirasi yang berakhir ricuh.