Hidangan dari katak lembu
Bagi sebagian orang, katak mungkin bukan makanan yang menarik untuk disantap. Tapi, sebagian orang lain justru menyukai aneka menu olahan hewan yang hidup di dua tempat ini. Salah satu jenis katak yang bisa dimakan adalah katak lembu atau bullfrog. Tak ayal, budidaya katak lembu juga menjadi salah satu bisnis yang cukup menguntungkan.
Hujan buatan tampak mengguyur kawanan katak di dalam beberapa kolam berukuran 5×5 meter itu. Tapi, kawanan itu bukan katak biasa. Itu adalah kawanan katak Lembu atau bullfrog yang merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia. SoaInya, daging paha katak lembu konon bergizi tinggi. Sayang, tidak banyak orang yang membudidayakan katak bernama latin Rana catesbeiana tersebut.
Salah satu orang yang melihat peluang budidaya katak Lembu adalah Kurniawan. Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Sragen, Jawa Tengah, ini sudah lima tahun nyambi sebagai pembudidaya bullfrog. Ia melihat peluang budidaya katak lembu sangat besar karena permintaan pasar di dalam negeri maupun luar negeri masih tinggi. Di sisi lain, belum banyak orang yang membudidayakan hewan keluarga amfibi ini.
Kurniawan membudidayakan katak lembu di dalam 40 kolam. Setiap bulan, rata-rata is mampu menjual 200 kilogram katak lembu, dengan harga jual per kilogram Rp 44.000. “Kalau musim kemarau, harganya bisa lebih mahal,” ujarnya.
Tapi, tidak semua katak lembu yang dia jual berasal dari budidaya sendiri. Dalam sebulan, Kurniawan bisa menjual 150 kilogram bullfrog dari kolamnya dan sebagian lagi adalah katak lembu yang ia beli dari petani skala kecil.
Bagi sebagian orang, katak mungkin bukan makanan yang menarik untuk disantap. Tapi, sebagian orang lain justru menyukai aneka menu olahan hewan yang hidup di dua tempat ini. Salah satu jenis katak yang bisa dimakan adalah katak lembu atau bullfrog. Tak ayal, budidaya katak lembu juga menjadi salah satu bisnis yang cukup menguntungkan.
Hujan buatan tampak mengguyur kawanan katak di dalam beberapa kolam berukuran 5×5 meter itu. Tapi, kawanan itu bukan katak biasa. Itu adalah kawanan katak Lembu atau bullfrog yang merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia. SoaInya, daging paha katak lembu konon bergizi tinggi. Sayang, tidak banyak orang yang membudidayakan katak bernama latin Rana catesbeiana tersebut.
Salah satu orang yang melihat peluang budidaya katak Lembu adalah Kurniawan. Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Sragen, Jawa Tengah, ini sudah lima tahun nyambi sebagai pembudidaya bullfrog. Ia melihat peluang budidaya katak lembu sangat besar karena permintaan pasar di dalam negeri maupun luar negeri masih tinggi. Di sisi lain, belum banyak orang yang membudidayakan hewan keluarga amfibi ini.
Kurniawan membudidayakan katak lembu di dalam 40 kolam. Setiap bulan, rata-rata is mampu menjual 200 kilogram katak lembu, dengan harga jual per kilogram Rp 44.000. “Kalau musim kemarau, harganya bisa lebih mahal,” ujarnya.
Tapi, tidak semua katak lembu yang dia jual berasal dari budidaya sendiri. Dalam sebulan, Kurniawan bisa menjual 150 kilogram bullfrog dari kolamnya dan sebagian lagi adalah katak lembu yang ia beli dari petani skala kecil.
Alasan Kurniawan mengumpulkan kodok lembu dari petani karena permintaan pasar cukup tinggi. Walhasil, ia mengaku cukup kesulitan memenuhi permintaan pasar. “Biasanya, pengepul datang langsung ke sini dari Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Menu makanan dari katak lembu menjadi salah satu favorit di hotel dan restoran.
Kurniawan sebenarnya pernah menjajal legitnya pasar luar negeri. Tapi, is memutuskan berhenti lantaran kesulitan memenuhi pasokan secara teratur. ‘Dalam sehari, kami harus memenuhi 50 kg katak dengan berat katak minimal 1-1,5 kg. Saya sampai pontang-panting memenuhinya,” ujarnya. Wajar saja, harga jual ekspor lebih mahal 150% – 200% ketimbang harga di dalam negeri. “Saya memilih dalam negeri saja karena susah menjaga keseimbangan pasokan ekspor,” ungkapnya.
Menurut Kurniawan, salah satu faktor yang menghambat produksi katak lembu adalah cuaca. Di musim kemarau, dari 3.000 telur bullfrog yang menetas, hanya 30% sampai 40% saja yang sampai dewasa. Soalnya, katak lembu yang aslinya berasal dari Amerika Serikat hanya bisa bertahan di kondisi lembab dan dingin. Saat kemarau, banyak katak yang tidak bisa bertahan. “Makanya, harus diberi hujan buatan,” katanya. Kendati budidaya katak lembu cukup sulit, prospek usaha ini sangat menjanjikan. “Apalagi, kalau bisa ekspor,” katanya.
Anho, pembudidaya katak lembu di Tangerang mengaku, budidaya katak lembu membutuhkan pasokan pakan lele yang baik. Makanya, biaya operasional paling banyak tersedot untuk pakan. “Dalam 4 sampai 6 bulan pemeliharaan sejak dari percil (katak muda), saya sudah bisa memanen,” katanya. (Kontan/Meifita Dian Handayani)