Kebahagiaan dan Pengakuan Manusia

Gambar ilustrasi - dokumen NB

Nuansabengkulu.com – Mengapa kita bersedih ketika apa yang menjadi hasrat kita tidak terpenuhi. Mengapa pula kita iri pada seseorang yang lebih dipuji dibanding diri kita sendiri. Mengapa selalu itu yang terjadi, kita selalu mengharapkan reaksi, balasan, dan perhatian dari manusia. Memang sebuah penerimaan sosial dalam bentuk kekuasaan atau ketenaraan bagian dari nafsu alami manusia. Tapi jika kita apatis terhadap esensi dibalik itu semua, depresilah yang kita temui ketika apa yang kita inginkan tidak terpenuhi.

Berbuat sesuatu, berkerja, membantu, berkarya, aktif dimana-mana, bila hanya karena mengaharap balasan dari manusia, maka kekecewaanlah yang akan kita dapati. Meskipun harapan itu hanya berbentuk apresiasi. Mungkin beberapa orang terlihat begitu bergairah ketika melihat suatu jabatan. Mereka berkata ingin membawa kebaikan, tapi terselip diantara hatinya rasa bahagia karena pengakuan dari banyak masa akan menempel pada dirinya. Memangnya setelah balasan dari manusia itu apa? puas? Iya, lalu rasa itu tiada. Jika tidak ada yang menghargai, apalagi yang tersisa selain kecewa.

Bahagialah jika mereka adalah orang-orang yang pandai menjaga hati. Tapi betapa malangnya mereka-mereka yang menatapnya penuh iri. Bermimpi akan sesuatu yang menipu nan tak abadi. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *