Bengkulu – Ketua Kanopi Hijau Indonesia Ali Akbar mengatakan penanganan konflik satwa liar harus dioptimalkan. Namun penanganan konflik satwa liar harus dilakukan secara kolaboratif. Baik pihak yang bertanggung jawab, juga masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
Konflik satwa seperti harimau dengan warga terjadi di sejumah wilayah. Antaranya terjadi di Seluma dan Mukomuko.
Terbaru, Harimau Sumatera di sekitar Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko kembali membuat warga cemas.
“Seharusnya BKSDA selaku pemangku negara yang bertanggung jawab soal satwa yang dilindungi seharusnya ada di lokasi untuk mengantisipasi potensi kerugian baik bagi satwa maupun warga,” tegas Ali.
Konflik satwa liar di wilayah Malin Deman dinilai Kanopi Hijau Indonesia sebagai hal yang dilematis. Di satu sisi hewan dilindungi, sisi lainnya ternak warga yang menjadi korban dimangsa.
“Dua-duanya (harimau dan hewan ternak, red) itu penting. Jadi perlu penanganan yang optimal,” pinta Ali.
Dalam beberapa hari terakhir, dua ekor harimau tampak berkeliaran di sekitar pemukiman warga. Sejak 2021 tercatat ada 39 temuan keberadaan harimau di sekitar desa dengan korban ternak sapi mencapai 12 ekor dan 1 ekor kambing. (byg)