Peneliti Pusat Riset Biomedis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhamad Satrio Utomo mengungkapkan manfaat dari miniaturisasi. Atau peminiaturan teknologi dalam kesehatan.
Menurutnya proses miniaturisasi tanpa disadari sudah dialami. Seperti sfigmomanometer yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tensi darah.
“Seiring dengan perkembangan zaman, produk-produk digital healthcare seperti alat tensi ini telah digunakan secara mandiri baik di rumah, di jalan, atau dimana pun. Hal tersebut dikarenakan bentuknya yang portabel, juga cukup menggunakan baterai,” kata Satrio dalam keterangannya.
Satrio menjelaskan peminiaturan bisa dianggap sebagai suatu proses teknologi untuk membuat dan membangun benda kecil atau usaha mengecilkan ukura. Ini yang dapat diterapkan melalui suatu konsep tertentu seperti microfabrication dan nanofabrication.
Secara umum, kata dia, peminiaturan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan serta menciptakan perangkat sistem kesehatan. Ini yang bersifat mengurangi rasa sakit, sehingga pemulihan pasien bisa menjadi lebih singkat.
“Bentuk produknya lebih ringan dan berukuran kecil. Tentu membutuhkan power yang lebih kecil sehingga portability-nya meningkat,” ujarnya.
Peminiaturan, kata Satrio, juga dapat meningkatkan kemampuan untuk diintegrasikan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Adapun contoh implementasinya penggunaan UltraSonoGrafi (USG) untuk ibu hamil.
“Di mana saat ini ibu hamil dapat memeriksa janin dalam kandungannya melalui perangkat telepon pintarnya. Karena prosesor telepon pintar saat ini sangat mumpuni, hingga dapat mengolah data USG,” ucapnya.
Berbagai faktor tersebut, menurut Satrio, dapat meningkatkan kenyamanan pasien. Serta dapat membantu para pekerja di bidang kesehatan dalam melaksanakan kegiatan mereka.
“Salah satu contohnya yaitu kaca pada mikroskop dan petridish. Sehingga pengambilan sampel darah tidak lagi dari lengan, namun cukup hanya dari ujung jari,” katanya.