Sudah dengar tentang ramalah manga di Jepang soal ramalan gempa bumi pada Juli 2025? Gegara ini, kabarnya turis asing jadi takut datang ke Negeri Sakura ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Jepang pun cepat-cepat meluruskan. Diketahui, manga atau buku komik Jepang yang bikin heboh itu berjudul The Future I Saw karya Ryo Tatsuki.
Mengutip AP News, pada Jumat, 13 Juni lalu, dalam versi asli tahun 1999, manga tersebut mengklaim bahwa “bencana besar akan terjadi pada Maret 2011.” Bulan itu kebetulan merupakan bulan ketika tiga bencana mematikan melanda wilayah Tohoku di Jepang: gempa bumi dahsyat, tsunami, dan kehancuran nuklir yang memicu salah satu bencana nuklir terbesar dalam sejarah.
Kemudian, pada 2021, versi terbaru buku tersebut mengklaim ‘bencana sebenarnya akan terjadi pada bulan Juli 2025’. Jepang, yang terletak di ring of fire alias ‘cincin api’ Pasifik, merupakan salah satu negara yang paling rawan gempa di dunia. Hal ini membuat pembaca komik dan penggemar legenda urban di seluruh Asia Timur menjadi heboh.
Teori Tatsuki telah tersebar luas secara daring dalam beberapa bulan terakhir, dengan unggahan dan video di media sosial yang memperingatkan tentang potensi gempa bumi dahsyat yang menarik jutaan penayangan dari khalayak termasuk di Hong Kong, Tiongkok, Taiwan, dan Korea Selatan – yang semuanya termasuk dalam lima pasar wisata teratas bagi Jepang pada 2024 lalu.
Pada saat yang sama, paranormal dari Jepang dan Hong Kong telah menyampaikan peringatan serupa, yang memicu kepanikan yang tidak berdasar secara daring.
Akibat rumor ini, Jepang telah menerima pembatalan beberapa tiket dan akomodasi pariwisata pada Juli 2025.
Kini, para pejabat Jepang berusaha keras untuk menepis rumor-rumor ini dan menghentikan kepanikan. Direktur Jenderal Badan Meteorologi Jepang Ryoichi Nomura mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir karena bahkan ilmu pengetahuan yang paling maju pun masih belum dapat memprediksi gempa bumi atau tsunami.
“Saat ini, masih mustahil untuk memprediksi gempa bumi dengan waktu, lokasi, atau besarnya yang spesifik,” kata Ryoichi Nomura, baru-baru ini.
“Prediksi semacam itu adalah berita bohong, dan sama sekali tidak perlu khawatir tentang disinformasi semacam itu,” imbuhnya.