Mencintai mu bukanlah seperti tanda tanya, walau tak bersuara, di hatimu aku tetap menjadi titik.
Merindukan mu bukanlah seperti tanda seru , walau dalam diam, padamu aku tetap berbuat tanpa koma .
Menyayangimu bukanlah seperti tanda petik dua, walau terlintas keraguanmu,
aku tetap setia menjadi tanda petik tunggal.
Membahagiakanmu bukanlah seperti tanda titik koma, walau terhadang suka duka,
aku tetap berjuang menjadi tanda titik dua.
Berkorban untukmu bukanlah seperti tanda Elipsis, melainkan ada dalam kesetiaan, di putaran duniamu aku tetap menjadi tanda kurung.
Biar lah semua tahu, bahwa rasaku padamu ada pada tanda bacaku, yang tak tereja,
tak terbatas pada pengertian kata dan makna kalimat .
Terserah saja akan perasaanku yang bersiasat untukmu, yang menemukan taktik mencipta keindahan rasa bersamamu.
Biar saja impianmu belum sama seperti impianku, aku tak perduli, Itu bukan perbedaan, melainkan penyatuan pada pertanda batin .
Karena ku tahu , rasamu tak bisa terpuaskan oleh keinginan , namun oleh perjuangan dan pengorbanan.Itulah ” cinta sejati ” katamu .
Cinta yang dibalut doa pada derap siang dan malam .
Diam kita bukan berarti selesai, karena di tanda baca yg tak tereja, tak terbatas aku menghargai cintamu seperti air mengalir.
Seperti pelangi setelah hujan .
Dan ….
Di balik bait bait puisi tak indah ini, aku tetap menebar rasa dihatimu dalam pastinya perjalanan waktu.
Sampai suatu hari nanti,
dirimu akan merindukan arti dan makna tanda baca tak tereja tak terbatas .
Dengan itu ….
Pada suatu titik tanpa tanya tanpa koma kita akan saling tersenyum berdekapan .
Sekarang …
Aku hanya tahu ada cinta yang kupunya .
Berdua, kita sudah tak butuh lagi kata kata .
Hanya murninya geliat penuh perasaan cinta, kalaupun cinta itu buta mengapa engkau buat aku berpikir bahwa melihat keindahanmu adalah caraku melihat dengan mata terbuka.
“Ketika ranting-ranting hatiku engkau patahkan. Ketika itu pula sajak tentang kau ku terbitkan, ” kekasih.
( Penulis : Eko R S)