Tips Menjalankan Konsep Kehidupan “Wabi Sabi”Ala Jepang

Menerapkan wabi sabi dapat membuat hidup lebih bermakna. (foto : eko/dokumen)

Nuansabengkulu.com – Di Jepang terkenal istilah wabi sabi, yaitu filosofi yang kerap digambarkan sebagai cara menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan. Wabi sabi merupakan pandangan yang berpusat pada penerimaan terhadap kefanaan dan ketidaksempurnaan. Lalu, bagaimana cara menerapkan wabi sabi? Untuk lebih jelasnya, simak artikel berikut ini!

Wabi sabi merupakan filosofi hidup orang Jepang dengan cara menerima ketidaksempurnaan dan memanfaatkan hidup sebaik-baiknya. Wabi sabi mendorong kamu untuk lebih berfokus pada keindahan yang dimiliki dibanding berharap kepada hal yang tidak kamu terima.

Selain itu, wabi sabi sangat cocok diterapkan pada masyarakat modern saat ini yang terus menerus mengejar kesempurnaan. Dapat dilihat bahwa manusia mengejar berbagai aspek yang pada akhirnya menyebabkan depresi, cemas, dan stres. Filosofi Jepang ini bisa juga digunakan untuk mengurangi gaya hidup yang sangat konsumtif dan selalu mengikuti tren yang tidak ada habisnya.

Keaslian adalah bagian penting yang diangkat wabi sabi. Walaupun ada sebuah ketidaksempurnaan, namun hal itu adalah sebuah lambang waktu telah berlalu. Jika diterapkan pada diri sendiri, wabi sabi membantu kamu menerima kekurangan dan mensyukuri apa yang dipunya saat ini. Membawa wabi sabi dalam kehidupan hanya dibutuhkan pikiran tenang yang bisa menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan dan kesediaan menerima segala sesuatu sebagaimana adanya.

Wabi sabi pertama kali muncul dalam dinasti Tiongkok pada 960-1279 M. Pada awalnya, wabi sabi merupakan konsep Buddhisme Zen. Wabi sabi mengajarkan tentang penerimaan mengenai kefanaan dunia dengan mensyukuri ketidaksempurnaan hidup.

Sebelumnya, wabi sabi merupakan konsep yang terpisah. Wabi adalah cara untuk mengapresiasi suatu keindahan atau kesederhanaan. Sementara itu, sabi adalah penggambaran mengenai waktu yang memengaruhi kerusakan.

Misalnya, barang-barang lama yang sudah rusak dan akhirnya dipandang sebagai keindahan karena penuaan. Sekitar 700 tahun lalu, penerimaan kekosongan dan ketidaksempurnaan bangsawan Jepang dihormati sebagai suatu langkah awal menuju pencerahan. Maka dapat disimpulkan bahwa wabi sabi adalah sebuah filosofi yang mengajarkan untuk melihat keindahan dalam ketidaksempurnaan.

Dari sudut pandang psikologis, konsultan psikologi Marianna Pogosyan menjelaskan di situs web Psychology Today bahwa wabi sabi memberikan jeda di tengah kehidupan yang terus mengejar kesempurnaan. Menurutnya, konsep wabi sabi adalah ruang terbuka untuk penerimaan, pengampunan, dan perhatian. Bagi diri sendiri, konsep wabi sabi memungkinkan seseorang untuk tak lagi menyesali kekurangan atau pengalaman pahit yang pernah dirasakan.

Menerapkan konsep wabi sabi tentunya akan membuat hidup lebih bermakna. Berikut ini adalah beberapa cara menerapkan wabi sabi dalam kehidupan sehari-hari.

Editor : Eko Ririn Sabirin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *