IHSG Berpeluang Naik setelah Dua Hari Anjlok

Patung Banteng Wuling di Gedung Bursa Efek Indonesia, simbol saat pasar saham sedang menguat (Foto: Dokumentasi/nb)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang naik, setelah dua hari sebelumnya anjlok. IHSG turun 0,31 persen atau 22 poin ke level Rp7.240 pada penutupan perdagangan Kamis pekan ini.

Penurunan IHSG disertai dengan net buy (beli bersih) oleh investor asing sebesar Rp99 miliar. Saham yang paling banyak dibeli asing adalah BBCA, ISAT, SMGR, MIKA, dan JPFA.

“Hari ini IHSG berpotensi teknikal rebound (berbalik menguat) setelah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS). Data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS Kuartal II-2024 naik di atas ekspektasi,” kata Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman, Jumat (26/7/2024).

Fanny memperkirakan, pergerakan IHSG hari ini pada level support di rentang 7.180-7.220. Adapun level resist di rentang 7.270-7.330.

Indeks saham global ditutup bervariasi Kamis kemarin. Menurutnya, bursa saham Wall Street  cenderung menurun, karena terseret penurunan saham teknologi.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq turun, dan gagal rebound setelah aksi jual saham teknologi sehari sebelumnya. Indeks S&P 500 turun 0,51 persen, dan Nasdaq Composite turun 0,93 persen. 

Sementara, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,20 persen didorong data PDB Amerika yang lebih kuat dari perkiraan. Laporan hari Kamis menunjukkan, ekonomi AS tumbuh 2,8 persen di Triwulan II, lebih tinggi dibandingkan perkiraan 2 persen.

Sementara, lanjutnya, inflasi juga mereda. Ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada bulan September tetap terjaga.

Di kawasan Asia-Pasifik, indeks saham ditutup di zona merah mengekor bursa saham Amerika Serikat. Indeks Nikkei 225 Jepang ambruk 3,28 persen, memimpin pelemahan di pasar saham Asia.

Hang Seng Hong Kong melemah 1,77 persen, Shanghai Composite Tiongkok 0,52 persen, Straits Times Singapura terdepresiasi 0,88 persen. ASX Australia merosot 1,29 persen dan KOSPI Korea Selatan turun 1,74 persen.

Dari Korea Selatan, perekonomian mengalami kontraksi pada Triwulan II-2024. Perekonomian Negeri Ginseng mencatat periode pertumbuhan negatif pertama dalam tiga bulan, sejak tahap akhir pandemi Covid-19.

“Penurunan ekonomi terdorong menurunnya pendapatan,” ujar Fanny. “Bank Sentral Korea Selatan pada perkiraan awal memproyeksikan PDB menurun 0,2 persen selama periode April hingga Juni 2024”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *