Temuan terbaru mengenai keberadaan mikroplastik dalam teh celup telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan profesional kesehatan. Dari Akun Instagram dr. Yuliardy Limengka, seorang dokter bedah ternama, memberikan wawasan tentang potensi bahaya dari mikroplastik yang terkandung dalam minuman sehari-hari ini.
Penelitian menunjukkan bahwa kantong teh celup, terutama yang terbuat dari bahan plastik, dapat melepaskan jutaan partikel mikroplastik ketika diseduh dalam air panas, kata dr. Yuliardy Limengka. Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran sangat kecil, kurang dari 5 milimeter, yang dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi makanan dan minuman.
dr. Limengka menjelaskan bahwa kantong teh yang menggunakan bahan seperti polietilen tereftalat (PET) atau polipropilena dapat melepaskan mikroplastik saat terpapar suhu tinggi. “Kehadiran mikroplastik dalam teh ini mengkhawatirkan karena partikel-partikel ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari peradangan hingga kerusakan sel,” tambahnya.
Sebagai seorang dokter bedah, dr. Limengka juga mencatat bahwa mikroplastik dapat berfungsi sebagai vektor untuk bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu sistem endokrin dan merusak jaringan tubuh. “Meski kita masih membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya dampak jangka panjangnya, beberapa studi awal sudah menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan,” jelasnya.
Untuk mengurangi risiko paparan mikroplastik, dr. Limengka merekomendasikan masyarakat untuk memilih teh celup yang menggunakan kantong non-plastik atau beralih ke teh daun yang diseduh langsung tanpa menggunakan kantong. Langkah sederhana ini bisa membantu kita mengurangi asupan mikroplastik dan menjaga kesehatan kita.
Ditekankan pentingnya kesadaran akan dampak polusi plastik dan perlunya pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. “Sebagai masyarakat, kita perlu lebih bijak dalam memilih produk dan mendorong produsen untuk beralih ke kemasan yang lebih ramah lingkungan,” katanya.
Temuan ini diharapkan dapat mendorong penelitian lebih lanjut dan regulasi yang lebih ketat terhadap penggunaan plastik dalam kemasan makanan dan minuman, demi kesehatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.