Jakarta – Sekretaris Jenderal Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia Prof. Anwar Sanusi mengungkapkan pandangannya mengenai kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, meskipun AI memiliki potensi menggantikan beberapa pekerjaan, teknologi ini tak bisa dihindari dan harus disikapi dengan bijak.
“AI itu kan sesuatu yang tidak bisa kita hindari, kalau tidak bisa kita hindari, kita harus bisa merespon. Mensiasati dengan tepat agar AI menjadi instrumen utama untuk mendukung aktivitas kita,” katanya, Selasa (24/09/2024).
Ia juga mengakui kekhawatiran yang dirasakan anak muda terkait hilangnya beberapa pekerjaan akibat AI. Namun, ia mengatakan bahwa AI juga membuka peluang baru, terutama di bidang inovasi dan pembaruan.
“Kita selalu mendiskusikan implikasi AI dalam ketenagakerjaan, terutama ancaman terkait Critical Occupation List. Yaitu daftar pekerjaan yang diprediksi akan hilang atau kritis, ini yang harus kita antisipasi,” ujarnya.
Anwar menekankan pentingnya peningkatan keterampilan melalui program upskilling dan reskilling untuk menghadapi perubahan tersebut. Kementerian Tenaga Kerja telah mempersiapkan program pelatihan vokasi yang relevan, termasuk menyediakan “Talent Corner” bagi generasi muda.
Selain keterampilan teknis, ia juga menekankan pentingnya soft competence seperti ketahanan, keuletan, dan daya juang bagi generasi muda. Hal tersebut dinilai sangat penting sebagai bekal bagi para generasi muda untuk menghadapi situasi di dunia kerja.
“Soft competence itu bukan hanya tentang keterampilan teknis. Tetapi juga tentang bagaimana mereka memiliki ketangguhan dan tidak mudah menyerah,” ujarnya.
Anwar juga mengingatkan bahwa setiap tantangan pasti ada solusinya. Ia berharap agar Solusi tersebut bisa dicari dengan sambil belajar dan berdiskusi serta memanfaatkan ruang seperti “Talent Corner”.