Ribuan Lebih Spesies Hewan Terancam Perubahan Iklim

ilustrasi hewan dan perubahan iklim / sumber freepik

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dan dilansir dari di jurnal ilmiah BioScience Kamis (29/5/2025) mengungkap bahwa lebih dari 3.500 spesies hewan di seluruh dunia terancam oleh perubahan iklim. 

Penelitian ini juga menyoroti masih besarnya kesenjangan dalam pemahaman risiko terhadap keanekaragaman hayati global. Penelitian yang dipimpin oleh William Ripple, profesor ekologi dari Oregon State University,

Dirinya menyatakan bahwa perubahan iklim kini mulai menjadi ancaman besar ketiga terhadap hewan-hewan di Bumi, setelah eksploitasi berlebihan dan perusakan habitat.

“Kita berada di ambang krisis eksistensial bagi satwa liar,Seiring perubahan iklim yang kian intens, risikonya terhadap kehidupan hewan akan semakin besar” ujar Ripple.

Tim peneliti dari Amerika Serikat dan Meksiko menganalisis data dari 70.814 spesies hewan dari 35 kelas berbeda, menggunakan basis data keanekaragaman hayati yang tersedia secara publik. 

Hasilnya menunjukkan bahwa setidaknya 25% spesies dalam enam kelas – termasuk laba-laba, kelabang, ubur-ubur, dan karang – berada dalam ancaman langsung akibat perubahan iklim.

Menurut Ripple, invertebrata laut merupakan kelompok yang paling rentan, karena kemampuan terbatas mereka dalam bermigrasi dari kondisi lingkungan yang memburuk.

 “Laut menyerap sebagian besar panas dari perubahan iklim, dan hewan-hewan di dalamnya tidak bisa menghindar dengan cepat,” jelasnya.

Peristiwa kematian massal akibat gelombang panas, kebakaran, banjir, dan kekeringan diperkirakan akan semakin sering terjadi. Dampak lanjutan dari peristiwa ini dapat mengganggu siklus karbon dan nutrisi, serta interaksi antara spesies seperti penyerbukan, predasi, dan parasitisme—yang semuanya penting bagi keseimbangan ekosistem.

Beberapa contoh nyata telah terjadi, seperti penurunan 90% populasi moluska di garis pantai Israel, kematian miliaran invertebrata selama gelombang panas di Pacific Northwest tahun 2021, dan kematian massal karang di 29% wilayah Great Barrier Reef akibat gelombang panas laut pada 2016.

Tidak hanya invertebrata, spesies vertebrata juga terdampak. Sekitar 4 juta burung laut common murres mati kelaparan di pesisir barat Amerika Utara pada 2015–2016, dan gelombang panas laut juga menyebabkan penurunan 71% populasi ikan kod Pasifik serta kematian sekitar 7.000 paus bungkuk di Samudra Pasifik Utara.

Lebih jauh lagi, para peneliti menyoroti kurangnya data tentang risiko perubahan iklim terhadap satwa liar. Dari 101 kelas hewan yang ada, 66 di antaranya belum pernah dinilai oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), dan hanya 5,5% dari semua spesies yang telah diberi nama secara ilmiah telah dinilai risikonya.

“Kami menyerukan dibentuknya basis data global mengenai peristiwa kematian massal akibat perubahan iklim serta percepatan penilaian terhadap spesies-spesies yang selama ini diabaikan,” tegas Ripple. 

Ia juga menyatakan perlunya integrasi kebijakan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim di tingkat global.